MAKALAH
KERAMPILAN DASAR MENGAJAR
“DELAPAN
KETRAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR”
OLEH :
ROVIAH
(F1071141008)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
DELAPAN KETRAMPILAN GURU DALAM
MENGAJAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Guru merupakan sosok yang menjadi
panutan bagi muridnya, begitulah filsafah yang sering kita dengar. Peranan guru
sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara
murid-murid suatu kelas. Secara etimologi atau arti sempit guru yang
berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar
atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Sedangkan secara lebih luas
guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan
masing-masing dalam berpikir dan bertindak. Guru dalam pengertian terakhir
bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas saja untuk menyampaikan materi
dan pengetahuan tertentu, akan tetapi guru juga merupakan anggota masyarakat
yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan
perkembangan anak didiknya menuju sebuah cita-cita luhur mereka. Untuk mencapai
hal tersebut maka dibutuhkan keterampilan-keterampilan seorang guru dalam mengajar.
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar,yakni:
1.
ketrampilan bertanya
2.
ketrampilan memberi penguatan
3.
ketrampilan mengadakan variasi
4.
ketramilan menjelaskan
5.
ketrampilan membuka dah menutup pelajaran
6.
ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7.
ketrampilan mengelola kelas
8.
ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas dari delapan
ketrampilan dasar,serta menjelskan berdasarkan teori yang di kemukakan para
ahli. supaya dapat menambah ketrampilan yang di miliki guru dalm mengajar anak
diidiknya dalam proses pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Mengajar Menurut M.Ali (1987:12)
mengartikan mengajar adalah : “Segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan”.
Sedangkan menurut Nasution (1995:4) memberikan
definisi mengajar yang lengkap sebagai berikut: “Mengajar adalah menanamkan
pengetahuan kepada anak, Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada anak.
Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar”.
Sedangkan keterampilan guru mengajar
merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan
memiliki keterampilan mengajar (Uno, 2006). Sejalan
dengan pernyataan Uno di atas, Boyer (dalam Elliot dkk, 1999) menyatakan bahwa
keterampilan guru mengajar berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dengan
siswa, pengetahuan yang dimiliki serta bagaimana menginformasikan pengetahuan
tersebut kepada siswa sehingga siswa menjadi sadar terhadap pengetahuan
tersebut. Pintrich & Schunk (2002) menambahkan bahwa guru yang memiliki
keterampilan mengajar akan menerapkan praktek-praktek pengajaran yang
bervariasi dalam kelas mereka. sedangkan menurut pendapat Amstrong
dkk (1992:33) yaitu kemampuan menspesifikasi tujuan performasi, kemampuan
mendiagnosa murid, keterampilan memilih strategi penajaran, kemampuan
berinteraksi dengan murid, dan keterampilan menilai efektifitas pengajaran.
Dari
definisi yang di kemukakan oleh para ahli dapat di simpulkan bahwa keterampilan
mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam
melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya
berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan,serta guru dapat mengelola
proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar dan
peningkatan kualitas lulusan sekolah. Untuk mencampai haltersebut diatas maka
dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan dasar seorang guru dalam mengajar. berikut
kedelapan keterampilan guru dalam mengajar menurut Turney (1973).
1.
Ketrampilan
Bertanya
Menurut Brown yang
dikutip Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih (2007:59), menyatakan bahwa bertanya
adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa.
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan
bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
di kalangan siswa (Sofa, 2008). Menurut Albantati (2010), keterampilan bertanya
dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
a. ketrampilan
bertanya dasar
Menurut
John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa kalimat
tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan.
Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha,
pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat
tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan
adanya respon siswa.
·
komponen-komponenya
1) Penggunaan pertanyaan
secara jelas dan singkat.
2) Pemberian
acuan.
3) Pemindahan
giliran.
4) Penyebaran.
5) Pemberian
waktu berfikir
6) Pemberian
tuntunan
b. ketrampilan
bertanya lanjut
Dalam
kegiatan pembelajaran di atas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka untuk
mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Untuk menindaklanjuti
pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya atau disebut dengan
pertanyaan lanjut.
Dengan
demikian, pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama (dasar)
yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih dalam dan
komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keberhasilan
mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak
dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang dikembangkan melalui pengggunaan
pertanyaan dasar. Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya
dasar lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar
partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritis
mengembangkan kemampuan berfikirnya.
·
komponen-komponennya
1) .Pengubahan
tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaan
2) Pengaturan
urutan pertanyaan secara tepat
3) Penggunaan
pertanyaan pelacak
klasifikasi pertanyaan menurut taksonomi bloom, Menurut
Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam
merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk
mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas. Ada tiga kawasan
atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan dalam
taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif (yang
menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan). Dalam
kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang digunakan ialah kognitif oleh
karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang
diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing
tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan tingkat
kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan ialah:
a. Pertanyaan
kognitif tingkatan yang lebih rendah:
1. pengetahuan (knowledge)
2. pemahaman (comprehension)
3. penerapan (application)
b. Pertanyaan
kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
1. analisis (analysis)
2. sintesis (synthesis)
3. evaluasi (evaluation)
2.
Ketrampilan
Memberikan Penguatan
ketramilan memberikan penguatan menurut Skinner
(J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan
boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan
ini menjadi dua bagian:
·
Penguatan positif
: adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
·
Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif
bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Satu
cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan
positif dan penguatan negatif
adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh.
Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah
mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak
rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut
ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W
Santrock, 274).
Penguatan
positif
|
||
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang
bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji murid
|
Prilaku
kedepan
Murid mengajukan lebih banyak
pertanyaan
|
Penguatan
negatif
|
||
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku
kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR
tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela guru
|
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
|
Prilaku
kedepan
Murid berhenti menyela guru
|
Ingat bahwa penguatan bisa
berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
|
Kupasan yang
dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada
dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas.
Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons,
diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R
Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan
dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko,
berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan.
Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku
binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara
seksama.
Dikelas,
Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh
menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner
menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti
menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap
tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang
bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang
diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat
berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.
3.
Ketrampilan
Mengadakan Variasi
Salah satu komponen belajar mengajar adalah
keterampilan-ketarmpilan dasar mengajar termasuk di dalamnya keterampilan
mengadakan variasi yang berguna untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan yang
dialami siswa dalam kegiatan atau proses pembelajaran dan juga untuk mengatasi
kondisi ruangan yang tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati
peserta didik serta materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki
gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi namun, dengan
harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala
kecerahan bagi para siswa.
Menurut Uzer
Usman variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi
belajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh
partisipasi, Menurut Abu Ahmadi gaya belajar, adalah tingkah laku sikap, dan
perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran, Menurut Syahminan Zaini,
gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan
kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa, Menurut
Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat
mengajar dimuka kelas.
Dari
definisi pendapat para ahli tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya
mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks
belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga siswa
memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya.
Keterampilan menggunakan variasi
adalah suatu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru dengan tujuan untuk
menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan
pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan mengingat perhatian
siswa sehingga siswa dapat aktif dan terpartisipasi dalam belajarnya. Tujuan
mengadakan variasi menurut Marno dan Idris (2008 : 160) menyebutkan lima
tujuan menggunakan variasi mengajar.
1.
Menarik perhatian peserta didik terhadap materi
pembelajaran yang tengah dibicarakan.
2.
Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara
fisik meupun metal.
3.
Membangkitkan motivasi belajar selama proses
pembelajaran.
4.
Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam
proses pembelajaran.
5.
Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran
individual.
Komponen-komponen keteramnpilan dasar mengajar
mengadakan variasi meliputi :
1.
Variasi
dalam gaya mengajar
a.
Menggunakan Variasi Suara.Variasi
suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi
rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu
saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
b.
Pemusatan perhatian siswa. Guru dapat
memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, dapat dengan
gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
c.
Kesenyapan Guru. Adanya
kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja
selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian siswa.
d.
Mengadakan kontak pandang
dan gerak. Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya
pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan
adanya hubungan yang akrab dengan mereka.
e.
Gerak badan dan mimik. Variasi
dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang
sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk
menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.
f.
Pergantian posisi guru
dalam kelas Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan
perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas,
gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif (E.
Mulyosa, 2004 : Hasi Buan, dkk, 1994 :Raplis,1985).
2. Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran
a. Variasi media yang dapat dilihat. Media yang termasuk ke dalam jenis
ini ialah gerafik, bagan, poster, gambar. Film, dan slide. Variasi media yang
dapat di dengar. Media yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rekaman suara,
suara radio, musik, dll.
b.
Variasi media yang dapat diraba,dimanipulasi dan
digerakkan. Yang termasuk ke dalam jenis ini ialah peragaannya dilakukan oleh
guru atau siswa, patung, topeng, dan lain-lain.
c.
Variasi media yang dapat di
dengar, dilihat dan dapat diraaba. Media yang temasuk ke dalam jenis
ini adalah film tv, cd, proyektor, yang diiringi oleh penjelasan guru.
3.
Variasi
Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa.
Penggunan
variasi pola interaksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi guru-siswa
dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan,
kejenuhan, suasana kelas pun menjadi hidup. Didalam menjelaskan
guru dapat merubah pola interaksi kegiatan siswa. Pola interaksi antara guru
dan siswa secara terus menerus akan membuat siswa menjadi jenuh. Guru dapat
merubah, miasalnya pola interaksi guru-sekelompok siswa, guru-siswa,
siswa-siswa dalam kelompok (diskusi),
siswa peroarngan. Selain menjelaskan guru dapat memberikan tugas kepada murid
untuk bekerja secara kelompok kecil untuk tukar pendapat, untuk mengerjakan
soal, untuk merumuskan pertnayaan, untuk menggambarkan sesuatu, atau
mempersiapkan laporan, melaporkan hasil kerja di muka kelas, dan sebagainya.
Tata susunan kelas juga dapat divariasikan sesuai dengan kegiatan tertentu.
Misalnya susunan meja dapat diubah menjadi setengah lingkaran , untuk diskusi
atau untuk kegiatan yang lain. Lalu mengadakan variasi dalam jenis tingkatan
pertanyaan yang diajukan. Dari pengetahuan saja ke evaluasi analisis, dari
pertanyaan ke siswa secara kelompok ke siswa secara individu.
Dalam menerapkan keterampilan dasar
mengajar mengadakan variasi perlu diperhatikan beberapa prinsip yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan sebagai berikut :
a. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat kemempuan siswa dan
hakikat pendidikan. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangaat
dianjurkan. Sebaliknya, pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan kebingungan,
malahan dapat mengganggu proses belajar mengajar.
b. Variasi harus digunakan
secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian murid
dan tidak mengganggu pelajaran.
c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar
berstruktur dan direncanakan. Akan tetapi, apabila diperlukan, komponen
keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan, sesuai dengan
pengembangan proses dalam belajar-mengajar dan balikan siswa selama pelajaran
berlangsung.
4. Tujuan mengadakan variasi
o Menimbulkan
dan meningkatkan perhatian siswa
o Meningkatkan
kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu siswa.
o Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah.
o Memberikan
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual siswa.
o Mendorong
peserta didik untuk selalu terfokus
dengan pelajaran.
Keterampilan mengadakan
Variasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengubahan dalam pengajaran
yangbertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa
dalam menerima bahan pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan
mengingat perhatian siswa sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus
dalam proses pembelajaran.
4.
Ketrampilan
Menjelaskan
Yang
dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran
ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara
sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya,
misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu
yang belum diketahui. (Hasibua, Raflis Kosasi dalam Suwarna, 2009 : 68).
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasn
merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi
di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga
pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta
didik. Kegiatan Ini menjelaskan aktivitas engajaran yang tidak dapat dihindari
oleh guru. Penjelasan diperlukan karena tidak terdapat dalam buku, sehingga
guru harus menuturkan secara lisan. Ini berarti guru di tuntut untuk mampu
mejnelaskan. Untuk menyampaikan bahan pelajaran yang berkaitan dengan hubungan
antar konsep, guru perlu menjelaskan secara runut dan runtut. Hasil belajar
yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman bukanlah ingatan. Melalui
penjelasan siswa hubungan sebab akibat, memahami prosedur, memahami prinsip
atau membuat analogi. Sedangkan hasil belajar yang berupa igatan atau hafalan
diperoleh melalui cerita. Ditinjau dari isi yang disampaikan oleh guru kepada
siswa, makna menjelaskan dapat dibedakan antara lain:
1.
Menyampaikan informasi Menyampaikan informasi adalah bentuk menyampaikan fakta
dan memberikan instruksi. Isi yang disampikan tidak bersifat problematik,
tetapi cukup atau sekedar untuk diketahui saja.
2.
Menerangkan Isi yang disampaikan menunjukkan “apa” atau “bagaimana”
sesungguhnya sesuatu itu jadi dalam hal ini isi bersifat pengertian atau
istilah.
3.
Menjelaskan Isi yang disampaikan menunjukkan “mengapa” atau untuk “apa” sesuatu
terjadi demikian yang menunjukkan “hubungan” antar dua hal atau lebih
4.
Memberi motivasi Diartikan sebagai memberi dorongan, menimbulkan minat,
perhatian, dan kemauan siswa.
5.
Mengajukan peendapat pribadi Mengenai uatu kejadian, peristiwa, keadaan, guru
dapat mengajukan pandangan pribadinya. Sebaiknya dengan didahului kata-kata
“menurut pendapat saya sendiri” dan disertai alasan-alasan fakta atau data yang
mendukung pendapat itu.
Tujuan Ada
beberapa tujuan penggunaan penjelasaan dalam proses belajar mengajar menurut
Marno (2008 : 99)
1.
Untuk membimbing pikiran peserta didik dalam memahami konsep, prinsip, dalil
atau hukum-hukum yang mejadi bahan pelajaran.
2.
Untuk memperkuat struktur kognitif peserta didik yang berhubungan denagn bahan
pelajaran.
3. Membantu
peserta didik dalam memecahkan masalah.
4.
Membantuk memudahkan peserta didik dalam mengasimilasi dan mengakomodasikan
konsep.
5.
Mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada peserta didik.
6. Melatih
peserta didik mandiri dalam mengmabil keputusan.
7.
Melatih peserta didik berfikir kritis apabila penjelasan guru kuerang
sistematis.
Sementara itu menurut Suwarna (2006 : 69-70) Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan:
Sementara itu menurut Suwarna (2006 : 69-70) Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan:
a. Membimbing
siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan “mengapa” yang siswa ajukan
ataupun yang dikemukakan guru.
b. Membantu
siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil dan prinsip umum secara objektif
dan nalar.
c. Melibatkan
murit untuk berfikir dengan memecahkan masalah.
d. Mendapatkan
balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman
mereka terhadap suatu pengertian
e. Membantu
siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan penggunaan bukti dalam
penyelesaian keadaan yang meragukan.
Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa dalam kegiatan menjelaskan ada tiga hal yang saling berkaitan
1. Yang
menjelaskan (guru)
2. Yang mendengarkan
penjelasan (siswa)
3. Hal yang akan
dijelaskan (masalah dan pemecahanya)
Dilihat
dari anak yang mendengarkan penjelasan, keperluan penjelasan muncul jika dia
mengemukakan masalah suatu keadaan yang belum pernah dialaminya sehingga fungsi
penjelasan adalah untuk mencari atau mengaitkan hubungan antara pengalaman
murid dengan gejala atau situasi baru yang belum diketahui. Sehingga penjelasan
perlu didasarkan kepada hubungan dan kaitan yang disebut secara logis antara
fakta (bukti) dan hukum umum (generalisasi). Guru harus mempertimbangkan kemampuan dan latar belakang
siswa. Prinsip yang harus diterapkan
dalam memberi penjelasan :
1.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir yang tergantung
keperluan, atau dapat juga diselingi dengan tanya jawab.
2.
Guru dapat memberikan penjelasan bila ada pertanyaan siswa atau direncanakan
guru sebelumnya.
3.
Penjelasan materinya harus bermakna bagi siswa
4.
Penjelasan harus disesuaikan dengan latar dan kemampuan siswa.
Sementara
itu menurut Suwarna (2009 : 70) dalam keterampilan menjelaskan terdapat
komponen keterampilan dasar menjelaskan Komponen-komponen keterampilan dasar
mengajar menjelaskan menurutnya adalah sebagai berikut:
1. komponen
merencanakan
2. menyajikan
suatu penjelasan
3. memberi
tekanan
4. penggunakan
balikan
5.
Ketrampilan
Membuka Dan Menutup Pelajaran
ada dasarnya
keterampilan membuka dan menutup
pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan
atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai dan mengakhiri suatu
pelajaran. Soli, Ambimanyu (2008) secara singkat mengemukakan bahwa membuka
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana
siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang
akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Hal senada
juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha (2007) bahwa kegiatan membuka
pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti kegiatan
(kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk memantapkan
atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas.
a. membuka pelajaran
Wardani (1984)
mengemukakan bahwa inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid
agar mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan
minat dan perhatian siswa apa yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat
dan perhatian siswa apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
sementara tujuan khusus membuka
pelajaran dapat diperinci sebagai berikut :
1) Timbulnya
perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang
akan dikerjakan
2) Peserta
didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan
3) Peserta
didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin
diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran
4) Peserta
didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal
baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya
5) Peserta
didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau
konsep-konsep yang trcantum dalam suatu peristiwa
6) peserta
didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu,
sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar (Hasibuan
dkk., 1991: 120)
Komponen-komponen ketrampilan
membuka pelajaran meliputi :
1. Membangkitkan
Perhatian /minat siswa
Beberapa
cara yang digunakan oleh guru dalam
membangkitkan perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran:
2.
Variasi gaya mengajar guru misalnya dengan berdiri
ditengah-tengah kemudian berjalan kebelakang atau kesamping dengan memilih
kegiatan yang berbeda dari yang biasa dan intonasi serta ekspresi dalam
mengajar sangat membantu dalam mengajar.
3.
Penggunaan alat bantu mengajar seperti ilustrasi,model, skema, surat kabar
dan sebagainya
4.
Variasi dalam pola interaksi misalnya guru dalam
pembelajarn berlangsung sering melakukan tanya jawab antara guru daansisswa
serta guru harus mampu mengumpan siswa agar kreatif dalam bertanya sehingga
tercipta diskusi kecilantara guru dan siswa
b. menutup pelajaran
Menutup
pelajaran (Closure), kegiatan yang
dilakukan oleh guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan
interaksi edukatif. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik, mengetahui tingkat
pencapaian anak didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi
edukasi.
Defenisi menutup pelajaran menurut
para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Didi
Supriadi dan Deni Darmawan, menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru/instruktur/widyaiswara untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan tujuan memberi gambaran menyeluruh tentang pengalaman
pembelajaran dan hasil belajar
b.
Menurut
Mulyasa, menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.
c.Wina Sanjaya
mengemukakan menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan
pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta
keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam bukunya yang
lain Wina menjelaskan bahwa menutup pelajaran dilakukan agar pengalaman belajar
serta materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian dari
keseluruhan.
d. Zainal Asril
mengemukakan bahwa menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru
dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok
pelajaran. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan
menyatakan bahwa kemajuan hasil belajar paling besar terjadi pada akhir
pembelajaran dengan cara memberi suatu ringkasan pokok-pokok materi yang sudah
dibicarakan. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran,
akan tetapi pada setiap akhir pokok selama satu jam pelajaran.
e.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, menutup pelajaran adalah mengakhiri kegiatan inti
pelajaran.
f.
Moch Uzer
Usman mengemukakan, menutup pelajaran (clouser) adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan
mengakhiri kegiatan inti pelajaran dengan kata lain, memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa dengan mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Tujuan yang ingin dicapai dengan
menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah:
a. Memantapkan
pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung
b. Mengetahui
keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani
c.
Memberikan
tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai.
Komponen Menutup Pelajaran
a.
Meninjau kembali
Meninjau
kembali pelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan dengan cara merangkum
inti pelajaran atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada tujuan yang
telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan pokok-pokok materi
yang telah disajikan. Kegiatan ini merangkum dan menarik kesimpulan dapat
dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru, oleh guru, atau peserta
didik bersama guru. Menurut Marno & Idris, meninjau kembali dapat dilakukan
dengan:
- Merangkum inti pelajaran
Guru meminta siswa membuat rangkuman baik secara lisan ataupun tertulis.
Rangkuman ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok.
-
Membuat ringkasan. Dengan membuat ringkasan siswa dapat memantapkan
penguasaan inti dari pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajarinya.
b. Mengevaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakukan dan untuk
mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh
peserta didik melalui pembelajaran. hasil evaluasi dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan untuk memberi penilaian terhadap peserta didik dan juga
sebagai balikan untuk memperbaiki program pembelajaran.
Evaluasi
dapat dilakukan dengan:
- Meminta anak didik
mendemonstrasikan keterampilan yang baru saja dipelajari.
- Meminta anak untuk
mengaplikasikan konsep atau ide yang baru pada situasi yang berbeda
- Meminta anak didik
mengekspresikan pendapat sendiri
- Meminta anak didik
mengerjakan soal tertulis baik objektif maupun subjektif.
c.
Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan
yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan. Kegiatan
tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri
peserta didik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
d.
Memberi
dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi
guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau
social yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengarajaran. Hal ini dapat
dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian. Memberikan
dorongan psikologis atau social dapat dilakukan dengan cara antara lain:
- Memuji hasil yang
dicapai oleh peserta didik dengan memberikan pujian maupun hadiah.
- Mendorong untuk lebih semangat
belajar mencapai kopetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan pentingnya
materi yang dipelajari.
- Memberikan harapan-harapan positif terhadap
kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan
- Meyakinkan akan potensi dan
kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi belajar
dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
Kegiatan
membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap awal dan akhir
pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi terlebih dahulu guru
harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada materi yang
akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi dan memberi acuan atau struktur pelajaran dengan menunjukkan
tujuan atau kopetensi dasarsecara indikator hasil belajar, pokok persoalan yang
akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu belajar kepada siswa. Demikian
pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus menutup
pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan evalusi.
Pelaksanaan
membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir
penggal kegiatan inti pelajaran. Artinya, seorang guru dalam mengawali dan mengakhiri satu
penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus melakukan kegiatan membuka
dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran dengan mengaitkan antara
inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya materi definisi dan
kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari dengan inti pokok materi yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal.
Dan setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus ditutup
dengan sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah
pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut
6.
Ketrampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79) “diskusi kelompok adalah suatu
proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi
informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Usman (2005:94) “diskusi kelompok adalah
suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan
kesimpulan/pemecahan masalah.
menurut Darmadi (2010:6)tujuan mengelola kelas
adalah untuk membuat siswa yang ada didalam kelas dapat belajar dengan optimal
dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalokan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
Tujuan
membimbing diskusi kelompok kecil menurut Mulyasa dalam Suwarna
(2006:80)”keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan
sebagai berikut:
1.
Siswa dapat saling member informasi atau pengalaman
dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2.
Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
untuk berpikir dan komunikasi.
3.
Siswa terlibat
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Komponen keterampilan membimbing
diskusi. Usman (2005:94-95) mengemukakan ada beberapa komponen keterampilan
membimbing diskusi yaitu sebagai berikut:
1.
Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
cara-cara yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
·
Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal
diskusi
·
Kemukakan masalah-m asalah khusus
·
Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
·
Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
2.
Memperluas masalah atau urunan pendapat. Selama
diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas, sehingga
terjadi kesalahpahaman antar anggota kelompok. Dalam hal ini tugas guru dalam
memimpin diskusi untuk memperjelaskannya, yakni dengan cara:
·
Menguraikan kembali urunan tersebut hingga jelas
·
Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
·
Menguraikan gagasan siswa dengan member informasi
tambahan.
3.
Menganalisis pandangan siswa. Didalam diskusi sering
terjadi perbedaan pendapat. Dalam hal ini guru hendaklah menganalisis alas an
perbedaan tersebut yaitundengan cara sebagai berikut:
·
Meneliti apakah alas an tersebut memang memounyai
dasar yang kuat.
·
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak
disepakati.
4.
Meningkatkan urunan siswa. Beberapa cara untuk
meningkatkan urunan piker siswa adalah:
·
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menentang siswa
untuk berpikir.
·
Memberikan contoh-contoh verbal dan nonverbal yang
sesuai dan tepat.
·
Memberikan waktu untuk berpikir.
·
Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan
penuh perhatian.
5.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. Penyebaran
kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:
·
Mencoba memancing urunan siswa yang enggan
berpartisipasi
·
Menegah terjadinya pembicaraan serentak dengan member
giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
·
Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli
pembicaraan
·
Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya
hingga interaksi antarsiswa dapat ditingkatkan
6.
Menutup Diskusi. Hal yang dapat dilakukan seorang guru
dalam menutup diskusi adalah sebagai berikut:
·
Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para
siswa
·
Member gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
atau tentang topic diskusi yang akan dating
·
Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil
diskusi yang telah dicapai
7.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membimbing
diskusi
·
Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi
kesempatan
·
Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi
·
Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi
dengan pembicaraan yang tidak relevan
·
Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi
·
Tidak memperjelas atau mendukung urunan piker siswa
·
Gagal mengakhiri diskusi secara efektif
Hasibuan dalam Suwarna (2006:81-82) mengemukakan ada
dua prinsip yang digunakan dalam membimbing diskusi kelompok kecil yaitu
sebagai berikut
1.
Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan
antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topic diskusi dan
kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua anggota
kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai dapat merasa merasa
aman dan bebas mengemukakan pendapat.
2.
Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
Perencanaan dan persiapan tersebut adalah sebagai berikut:
Topic yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat,
dan kemampuan siswa
- Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal
- Adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topic tersebut agar para siswa memiliki latar belakang pebgetahuan yang sama
7. Ketrampilan Mengelola Kelas
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:82)”pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru mencipta kan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.”. Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Usman (2005:97)”pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikanya bila terjadi gangguan dalam proses belajar. Pendapat lain
dikemukakan oleh Darmadi (2010:6) bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat
kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan,mengulang atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,dengan hubungan-hubungan
interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangakan dan
mempermudah organisasi kelas yang efektif. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelasadalah seperangkat kegiatan yang
diciptakan oleh seorang guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang
positif,mengembangkan hubungan interpersonal,iklim sosio emosionalserta
mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif sehingga kondisi
belajar terpelihara dengan baik.
menurut Darmadi (2010:6)tujuan mengelola kelas
adalah untuk membuat siswa yang ada didalam kelas dapat belajar dengan optimal
dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalokan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Suwarna (2006:83) ada 2 komponen keterampilan mengelola kelas
yaitu: keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal(bersifat preventif).Keterampilan ini
berkaitan dengankemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan kegiatan pembelajaran sehingga berjalan secara optimal,
efisien dan efektif.Keterampilan tersebut meliputi:
1.
menunjukan sikap tanggap
2. memberi perhatian
3. memusatkan
perhatian kelompok
4. memberikan petunjuk yang jelas
5. menegur
siswa yang bertingkah laku mengganggu dikelas dengan bijaksana
6. memberi
penguatan
Keterampilan yang berhubungan denganpengembalian
kondisi belajar yang optimal.Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan (Mulyasa dalam Suwarana 2006:84).
Prinsip-prinsip penggunaan
keterampilan mengelola kelas menurut hasibuan dalam Suwarna (2006:84) ada
beberapa prinsip-prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas yaitu:
1.
Modifikasi tingakah laku. Guru hendaknya menganalisis
tingkah laku siswa yang mengalami masalah,dan memodifikasi tungkah laku
tersebut mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis
2.
Guru dapat mengguanakan pendekatan pemecahan masalah
kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas,memelihara kegiatan
kelompok,memelihara semangat siswa dan menangani konflik yang timbul
3.
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah
laku yang keliru yang muncul dan mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatutan tingkah laku tersebut,serta berusaha menemukan pemecahannya
4.
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas.
Menurut Darmadi(2010:6-7) ada beberapa peran guru dalam pengelollaan kelas
yaitu:
1.
Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah
2.
Memelihara
lingkungan fisik kelas
3.
Mengarahkan
atau membimbing proses intelektual dan social siswa dalam kelas
4.
Mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan
efesien
Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala –kendala yang
dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efesien dan efektif Untuk
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan
prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untk mengatasi kendala tersebut yaitu:
1.
Guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap
siswa
2.
Guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang
dapat menimbulkan kesenyapan
atau pembicaraan terhenti tiba-tiba
3.
Hindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri
suatu kegiatan atau guru harus tepat waktu
4.
Guru harus dapat mengelola waktu, baru hal ini
dapat menimbulkan penyimpangan yang berkaitan dengan disiplin
diri siswa.
5.
Berilah penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis
dan tidak bertele-tele.
8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perserorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar
antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab
antara guru dan siswa dengan siswa. Format mengajar ini ditandai oleh adanya
hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa,
adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat,
cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa
dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk
memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat
menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok
kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa,
serta waktu dan fasilitas yang tersedia.
Komponen-komponen dan prinsip-prinsip ketrampilan ini adalah: Ketrampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan
belajar, Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mengapa
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini perlu dikuasai oleh
gurru dan calon guru? Dibawah ini ada beberapa alasan. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara
belajar yang berbeda. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkin
terjadinya hubungan yyang lebih akrab antara siswa dan guru serta siswa dengan
siswa dengan begitu guru dapat memberikan perhatian yang lebih kepada
siswa tersebut. Kadang – kadang siswa lebih mudah belajar dengan cara mengajar
temannya dan belajar bersama temannya Memungkinkan siswa terlibat secara
aktif dalam belajar. Sejalan dengan kegiatan kelompok, kegiatan
individual atau perorangan juga mempunyai berbagai kekuatan. Dengan
belajar sendiri, siswa akan memiliki rasa tanggung jawab
BAB III
PENUTUP
kesimpulan
1.
Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman
seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada
lingkungan,serta guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang
berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah
2.
Menurut Brown yang dikutip Udin S. Saud
dan Cicih Sutarsih (2007:59), menyatakan bahwa bertanya adalah setiap
pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa. Ada tiga
kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan
dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif, afektif , psikomotor.
3.
ketramilan memberikan penguatan menurut
Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan
boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan
ini menjadi dua bagian: penguatan positif dan penguatan negatif.
4.
Keterampilan mengadakan Variasi dapat
diartikan sebagai suatu proses pengubahan dalam pengajaran yang bertujuan untuk
menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan
pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan mengingat perhatian
siswa sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses
pembelajaran.
5.
Seorang guru
dalam mengawali dan mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran
juga harus melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran
6.
Usman (2005:94) “diskusi kelompok adalah suatu proses
yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan
kesimpulan/pemecahan masalah.
7.
keterampilan mengelola kelas yaitu: keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal(bersifat preventif).
8.
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkin
terjadinya hubungan yyang lebih akrab antara siswa dan guru serta siswa dengan
siswa dengan begitu guru dapat memberikan perhatian yang lebih kepada
siswa tersebut.
REVERENSI
Hamzah B. Uno. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran. Cet. Ke-4. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan. 2009. Proses
Belajar Mengajar. Cet Ke-13. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marno & Idris.
2010. Strategi &MetodePengajaran.
Cet ke-7. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Moch Uzer Usman.
2010. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional. Cet.
Ke-9. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zainal Asril. 2012. Micro
Teaching: Disertai dengan Pedoman
Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers
Asril, Zainal. 2010. Micro
Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan . Jakarta :
Rajawali Pers.
Aqib, Zainal. 2003. Profesionalisme
Guru dalam Pembelajaran. Surabaya
: Insan Cendekia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru
dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Marno,dkk. 2008 . Strategi
dan Metode Pengajaran . Malang : Arruzmedia
Sanjaya,Wina. 2010 . Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta :Kencana
MAKALAH
KERAMPILAN DASAR MENGAJAR
“DELAPAN
KETRAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR”
OLEH :
ROVIAH
(F1071141008)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
DELAPAN KETRAMPILAN GURU DALAM
MENGAJAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Guru merupakan sosok yang menjadi
panutan bagi muridnya, begitulah filsafah yang sering kita dengar. Peranan guru
sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara
murid-murid suatu kelas. Secara etimologi atau arti sempit guru yang
berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar
atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Sedangkan secara lebih luas
guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan
masing-masing dalam berpikir dan bertindak. Guru dalam pengertian terakhir
bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas saja untuk menyampaikan materi
dan pengetahuan tertentu, akan tetapi guru juga merupakan anggota masyarakat
yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan
perkembangan anak didiknya menuju sebuah cita-cita luhur mereka. Untuk mencapai
hal tersebut maka dibutuhkan keterampilan-keterampilan seorang guru dalam mengajar.
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar,yakni:
1.
ketrampilan bertanya
2.
ketrampilan memberi penguatan
3.
ketrampilan mengadakan variasi
4.
ketramilan menjelaskan
5.
ketrampilan membuka dah menutup pelajaran
6.
ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7.
ketrampilan mengelola kelas
8.
ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas dari delapan
ketrampilan dasar,serta menjelskan berdasarkan teori yang di kemukakan para
ahli. supaya dapat menambah ketrampilan yang di miliki guru dalm mengajar anak
diidiknya dalam proses pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Mengajar Menurut M.Ali (1987:12)
mengartikan mengajar adalah : “Segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan”.
Sedangkan menurut Nasution (1995:4) memberikan
definisi mengajar yang lengkap sebagai berikut: “Mengajar adalah menanamkan
pengetahuan kepada anak, Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada anak.
Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar”.
Sedangkan keterampilan guru mengajar
merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan
memiliki keterampilan mengajar (Uno, 2006). Sejalan
dengan pernyataan Uno di atas, Boyer (dalam Elliot dkk, 1999) menyatakan bahwa
keterampilan guru mengajar berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dengan
siswa, pengetahuan yang dimiliki serta bagaimana menginformasikan pengetahuan
tersebut kepada siswa sehingga siswa menjadi sadar terhadap pengetahuan
tersebut. Pintrich & Schunk (2002) menambahkan bahwa guru yang memiliki
keterampilan mengajar akan menerapkan praktek-praktek pengajaran yang
bervariasi dalam kelas mereka. sedangkan menurut pendapat Amstrong
dkk (1992:33) yaitu kemampuan menspesifikasi tujuan performasi, kemampuan
mendiagnosa murid, keterampilan memilih strategi penajaran, kemampuan
berinteraksi dengan murid, dan keterampilan menilai efektifitas pengajaran.
Dari
definisi yang di kemukakan oleh para ahli dapat di simpulkan bahwa keterampilan
mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam
melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya
berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan,serta guru dapat mengelola
proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar dan
peningkatan kualitas lulusan sekolah. Untuk mencampai haltersebut diatas maka
dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan dasar seorang guru dalam mengajar. berikut
kedelapan keterampilan guru dalam mengajar menurut Turney (1973).
1.
Ketrampilan
Bertanya
Menurut Brown yang
dikutip Udin S. Saud dan Cicih Sutarsih (2007:59), menyatakan bahwa bertanya
adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa.
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan
bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
di kalangan siswa (Sofa, 2008). Menurut Albantati (2010), keterampilan bertanya
dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
a. ketrampilan
bertanya dasar
Menurut
John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa kalimat
tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan.
Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha,
pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat
tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain itu dimaksudkan
adanya respon siswa.
·
komponen-komponenya
1) Penggunaan pertanyaan
secara jelas dan singkat.
2) Pemberian
acuan.
3) Pemindahan
giliran.
4) Penyebaran.
5) Pemberian
waktu berfikir
6) Pemberian
tuntunan
b. ketrampilan
bertanya lanjut
Dalam
kegiatan pembelajaran di atas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka untuk
mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Untuk menindaklanjuti
pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya atau disebut dengan
pertanyaan lanjut.
Dengan
demikian, pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama (dasar)
yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih dalam dan
komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keberhasilan
mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak
dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang dikembangkan melalui pengggunaan
pertanyaan dasar. Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya
dasar lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar
partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritis
mengembangkan kemampuan berfikirnya.
·
komponen-komponennya
1) .Pengubahan
tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab suatu pertanyaan
2) Pengaturan
urutan pertanyaan secara tepat
3) Penggunaan
pertanyaan pelacak
klasifikasi pertanyaan menurut taksonomi bloom, Menurut
Beni (2008), Taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam
merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk
mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas. Ada tiga kawasan
atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan dalam
taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif (yang
menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan). Dalam
kaitannya dengan pertanyaan ini, maka domein yang digunakan ialah kognitif oleh
karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang
diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing
tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan tingkat
kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan ialah:
a. Pertanyaan
kognitif tingkatan yang lebih rendah:
1. pengetahuan (knowledge)
2. pemahaman (comprehension)
3. penerapan (application)
b. Pertanyaan
kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
1. analisis (analysis)
2. sintesis (synthesis)
3. evaluasi (evaluation)
2.
Ketrampilan
Memberikan Penguatan
ketramilan memberikan penguatan menurut Skinner
(J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan
boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan
ini menjadi dua bagian:
·
Penguatan positif
: adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
·
Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif
bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Satu
cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan
positif dan penguatan negatif
adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh.
Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah
mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak
rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut
ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W
Santrock, 274).
Penguatan
positif
|
||
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang
bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji murid
|
Prilaku
kedepan
Murid mengajukan lebih banyak
pertanyaan
|
Penguatan
negatif
|
||
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku
kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR
tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela guru
|
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
|
Prilaku
kedepan
Murid berhenti menyela guru
|
Ingat bahwa penguatan bisa
berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
|
Kupasan yang
dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada
dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas.
Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons,
diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R
Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan
dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko,
berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan.
Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku
binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara
seksama.
Dikelas,
Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh
menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner
menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti
menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap
tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang
bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang
diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat
berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.
3.
Ketrampilan
Mengadakan Variasi
Salah satu komponen belajar mengajar adalah
keterampilan-ketarmpilan dasar mengajar termasuk di dalamnya keterampilan
mengadakan variasi yang berguna untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan yang
dialami siswa dalam kegiatan atau proses pembelajaran dan juga untuk mengatasi
kondisi ruangan yang tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati
peserta didik serta materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki
gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi namun, dengan
harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala
kecerahan bagi para siswa.
Menurut Uzer
Usman variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi
belajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh
partisipasi, Menurut Abu Ahmadi gaya belajar, adalah tingkah laku sikap, dan
perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran, Menurut Syahminan Zaini,
gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan
kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa, Menurut
Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat
mengajar dimuka kelas.
Dari
definisi pendapat para ahli tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya
mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks
belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga siswa
memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya.
Keterampilan menggunakan variasi
adalah suatu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru dengan tujuan untuk
menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan
pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan mengingat perhatian
siswa sehingga siswa dapat aktif dan terpartisipasi dalam belajarnya. Tujuan
mengadakan variasi menurut Marno dan Idris (2008 : 160) menyebutkan lima
tujuan menggunakan variasi mengajar.
1.
Menarik perhatian peserta didik terhadap materi
pembelajaran yang tengah dibicarakan.
2.
Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara
fisik meupun metal.
3.
Membangkitkan motivasi belajar selama proses
pembelajaran.
4.
Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam
proses pembelajaran.
5.
Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran
individual.
Komponen-komponen keteramnpilan dasar mengajar
mengadakan variasi meliputi :
1.
Variasi
dalam gaya mengajar
a.
Menggunakan Variasi Suara.Variasi
suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi
rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu
saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
b.
Pemusatan perhatian siswa. Guru dapat
memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, dapat dengan
gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
c.
Kesenyapan Guru. Adanya
kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja
selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian siswa.
d.
Mengadakan kontak pandang
dan gerak. Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya
pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan
adanya hubungan yang akrab dengan mereka.
e.
Gerak badan dan mimik. Variasi
dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang
sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk
menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.
f.
Pergantian posisi guru
dalam kelas Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan
perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas,
gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif (E.
Mulyosa, 2004 : Hasi Buan, dkk, 1994 :Raplis,1985).
2. Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran
a. Variasi media yang dapat dilihat. Media yang termasuk ke dalam jenis
ini ialah gerafik, bagan, poster, gambar. Film, dan slide. Variasi media yang
dapat di dengar. Media yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rekaman suara,
suara radio, musik, dll.
b.
Variasi media yang dapat diraba,dimanipulasi dan
digerakkan. Yang termasuk ke dalam jenis ini ialah peragaannya dilakukan oleh
guru atau siswa, patung, topeng, dan lain-lain.
c.
Variasi media yang dapat di
dengar, dilihat dan dapat diraaba. Media yang temasuk ke dalam jenis
ini adalah film tv, cd, proyektor, yang diiringi oleh penjelasan guru.
3.
Variasi
Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa.
Penggunan
variasi pola interaksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi guru-siswa
dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan,
kejenuhan, suasana kelas pun menjadi hidup. Didalam menjelaskan
guru dapat merubah pola interaksi kegiatan siswa. Pola interaksi antara guru
dan siswa secara terus menerus akan membuat siswa menjadi jenuh. Guru dapat
merubah, miasalnya pola interaksi guru-sekelompok siswa, guru-siswa,
siswa-siswa dalam kelompok (diskusi),
siswa peroarngan. Selain menjelaskan guru dapat memberikan tugas kepada murid
untuk bekerja secara kelompok kecil untuk tukar pendapat, untuk mengerjakan
soal, untuk merumuskan pertnayaan, untuk menggambarkan sesuatu, atau
mempersiapkan laporan, melaporkan hasil kerja di muka kelas, dan sebagainya.
Tata susunan kelas juga dapat divariasikan sesuai dengan kegiatan tertentu.
Misalnya susunan meja dapat diubah menjadi setengah lingkaran , untuk diskusi
atau untuk kegiatan yang lain. Lalu mengadakan variasi dalam jenis tingkatan
pertanyaan yang diajukan. Dari pengetahuan saja ke evaluasi analisis, dari
pertanyaan ke siswa secara kelompok ke siswa secara individu.
Dalam menerapkan keterampilan dasar
mengajar mengadakan variasi perlu diperhatikan beberapa prinsip yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan sebagai berikut :
a. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat kemempuan siswa dan
hakikat pendidikan. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangaat
dianjurkan. Sebaliknya, pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan kebingungan,
malahan dapat mengganggu proses belajar mengajar.
b. Variasi harus digunakan
secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian murid
dan tidak mengganggu pelajaran.
c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar
berstruktur dan direncanakan. Akan tetapi, apabila diperlukan, komponen
keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes dan spontan, sesuai dengan
pengembangan proses dalam belajar-mengajar dan balikan siswa selama pelajaran
berlangsung.
4. Tujuan mengadakan variasi
o Menimbulkan
dan meningkatkan perhatian siswa
o Meningkatkan
kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu siswa.
o Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah.
o Memberikan
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual siswa.
o Mendorong
peserta didik untuk selalu terfokus
dengan pelajaran.
Keterampilan mengadakan
Variasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengubahan dalam pengajaran
yangbertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa
dalam menerima bahan pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan
mengingat perhatian siswa sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus
dalam proses pembelajaran.
4.
Ketrampilan
Menjelaskan
Yang
dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran
ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara
sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya,
misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu
yang belum diketahui. (Hasibua, Raflis Kosasi dalam Suwarna, 2009 : 68).
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasn
merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi
di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga
pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta
didik. Kegiatan Ini menjelaskan aktivitas engajaran yang tidak dapat dihindari
oleh guru. Penjelasan diperlukan karena tidak terdapat dalam buku, sehingga
guru harus menuturkan secara lisan. Ini berarti guru di tuntut untuk mampu
mejnelaskan. Untuk menyampaikan bahan pelajaran yang berkaitan dengan hubungan
antar konsep, guru perlu menjelaskan secara runut dan runtut. Hasil belajar
yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman bukanlah ingatan. Melalui
penjelasan siswa hubungan sebab akibat, memahami prosedur, memahami prinsip
atau membuat analogi. Sedangkan hasil belajar yang berupa igatan atau hafalan
diperoleh melalui cerita. Ditinjau dari isi yang disampaikan oleh guru kepada
siswa, makna menjelaskan dapat dibedakan antara lain:
1.
Menyampaikan informasi Menyampaikan informasi adalah bentuk menyampaikan fakta
dan memberikan instruksi. Isi yang disampikan tidak bersifat problematik,
tetapi cukup atau sekedar untuk diketahui saja.
2.
Menerangkan Isi yang disampaikan menunjukkan “apa” atau “bagaimana”
sesungguhnya sesuatu itu jadi dalam hal ini isi bersifat pengertian atau
istilah.
3.
Menjelaskan Isi yang disampaikan menunjukkan “mengapa” atau untuk “apa” sesuatu
terjadi demikian yang menunjukkan “hubungan” antar dua hal atau lebih
4.
Memberi motivasi Diartikan sebagai memberi dorongan, menimbulkan minat,
perhatian, dan kemauan siswa.
5.
Mengajukan peendapat pribadi Mengenai uatu kejadian, peristiwa, keadaan, guru
dapat mengajukan pandangan pribadinya. Sebaiknya dengan didahului kata-kata
“menurut pendapat saya sendiri” dan disertai alasan-alasan fakta atau data yang
mendukung pendapat itu.
Tujuan Ada
beberapa tujuan penggunaan penjelasaan dalam proses belajar mengajar menurut
Marno (2008 : 99)
1.
Untuk membimbing pikiran peserta didik dalam memahami konsep, prinsip, dalil
atau hukum-hukum yang mejadi bahan pelajaran.
2.
Untuk memperkuat struktur kognitif peserta didik yang berhubungan denagn bahan
pelajaran.
3. Membantu
peserta didik dalam memecahkan masalah.
4.
Membantuk memudahkan peserta didik dalam mengasimilasi dan mengakomodasikan
konsep.
5.
Mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada peserta didik.
6. Melatih
peserta didik mandiri dalam mengmabil keputusan.
7.
Melatih peserta didik berfikir kritis apabila penjelasan guru kuerang
sistematis.
Sementara itu menurut Suwarna (2006 : 69-70) Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan:
Sementara itu menurut Suwarna (2006 : 69-70) Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan:
a. Membimbing
siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan “mengapa” yang siswa ajukan
ataupun yang dikemukakan guru.
b. Membantu
siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil dan prinsip umum secara objektif
dan nalar.
c. Melibatkan
murit untuk berfikir dengan memecahkan masalah.
d. Mendapatkan
balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman
mereka terhadap suatu pengertian
e. Membantu
siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan penggunaan bukti dalam
penyelesaian keadaan yang meragukan.
Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa dalam kegiatan menjelaskan ada tiga hal yang saling berkaitan
1. Yang
menjelaskan (guru)
2. Yang mendengarkan
penjelasan (siswa)
3. Hal yang akan
dijelaskan (masalah dan pemecahanya)
Dilihat
dari anak yang mendengarkan penjelasan, keperluan penjelasan muncul jika dia
mengemukakan masalah suatu keadaan yang belum pernah dialaminya sehingga fungsi
penjelasan adalah untuk mencari atau mengaitkan hubungan antara pengalaman
murid dengan gejala atau situasi baru yang belum diketahui. Sehingga penjelasan
perlu didasarkan kepada hubungan dan kaitan yang disebut secara logis antara
fakta (bukti) dan hukum umum (generalisasi). Guru harus mempertimbangkan kemampuan dan latar belakang
siswa. Prinsip yang harus diterapkan
dalam memberi penjelasan :
1.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir yang tergantung
keperluan, atau dapat juga diselingi dengan tanya jawab.
2.
Guru dapat memberikan penjelasan bila ada pertanyaan siswa atau direncanakan
guru sebelumnya.
3.
Penjelasan materinya harus bermakna bagi siswa
4.
Penjelasan harus disesuaikan dengan latar dan kemampuan siswa.
Sementara
itu menurut Suwarna (2009 : 70) dalam keterampilan menjelaskan terdapat
komponen keterampilan dasar menjelaskan Komponen-komponen keterampilan dasar
mengajar menjelaskan menurutnya adalah sebagai berikut:
1. komponen
merencanakan
2. menyajikan
suatu penjelasan
3. memberi
tekanan
4. penggunakan
balikan
5.
Ketrampilan
Membuka Dan Menutup Pelajaran
ada dasarnya
keterampilan membuka dan menutup
pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan
atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai dan mengakhiri suatu
pelajaran. Soli, Ambimanyu (2008) secara singkat mengemukakan bahwa membuka
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana
siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang
akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Hal senada
juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha (2007) bahwa kegiatan membuka
pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti kegiatan
(kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk memantapkan
atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas.
a. membuka pelajaran
Wardani (1984)
mengemukakan bahwa inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid
agar mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan
minat dan perhatian siswa apa yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat
dan perhatian siswa apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
sementara tujuan khusus membuka
pelajaran dapat diperinci sebagai berikut :
1) Timbulnya
perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang
akan dikerjakan
2) Peserta
didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan
3) Peserta
didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin
diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran
4) Peserta
didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal
baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya
5) Peserta
didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau
konsep-konsep yang trcantum dalam suatu peristiwa
6) peserta
didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu,
sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar (Hasibuan
dkk., 1991: 120)
Komponen-komponen ketrampilan
membuka pelajaran meliputi :
1. Membangkitkan
Perhatian /minat siswa
Beberapa
cara yang digunakan oleh guru dalam
membangkitkan perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran:
2.
Variasi gaya mengajar guru misalnya dengan berdiri
ditengah-tengah kemudian berjalan kebelakang atau kesamping dengan memilih
kegiatan yang berbeda dari yang biasa dan intonasi serta ekspresi dalam
mengajar sangat membantu dalam mengajar.
3.
Penggunaan alat bantu mengajar seperti ilustrasi,model, skema, surat kabar
dan sebagainya
4.
Variasi dalam pola interaksi misalnya guru dalam
pembelajarn berlangsung sering melakukan tanya jawab antara guru daansisswa
serta guru harus mampu mengumpan siswa agar kreatif dalam bertanya sehingga
tercipta diskusi kecilantara guru dan siswa
b. menutup pelajaran
Menutup
pelajaran (Closure), kegiatan yang
dilakukan oleh guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan
interaksi edukatif. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik, mengetahui tingkat
pencapaian anak didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi
edukasi.
Defenisi menutup pelajaran menurut
para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Didi
Supriadi dan Deni Darmawan, menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru/instruktur/widyaiswara untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan tujuan memberi gambaran menyeluruh tentang pengalaman
pembelajaran dan hasil belajar
b.
Menurut
Mulyasa, menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.
c.Wina Sanjaya
mengemukakan menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan
pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta
keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam bukunya yang
lain Wina menjelaskan bahwa menutup pelajaran dilakukan agar pengalaman belajar
serta materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian dari
keseluruhan.
d. Zainal Asril
mengemukakan bahwa menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru
dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok
pelajaran. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan
menyatakan bahwa kemajuan hasil belajar paling besar terjadi pada akhir
pembelajaran dengan cara memberi suatu ringkasan pokok-pokok materi yang sudah
dibicarakan. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran,
akan tetapi pada setiap akhir pokok selama satu jam pelajaran.
e.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah, menutup pelajaran adalah mengakhiri kegiatan inti
pelajaran.
f.
Moch Uzer
Usman mengemukakan, menutup pelajaran (clouser) adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan
mengakhiri kegiatan inti pelajaran dengan kata lain, memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa dengan mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Tujuan yang ingin dicapai dengan
menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah:
a. Memantapkan
pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung
b. Mengetahui
keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani
c.
Memberikan
tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai.
Komponen Menutup Pelajaran
a.
Meninjau kembali
Meninjau
kembali pelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan dengan cara merangkum
inti pelajaran atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada tujuan yang
telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan pokok-pokok materi
yang telah disajikan. Kegiatan ini merangkum dan menarik kesimpulan dapat
dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru, oleh guru, atau peserta
didik bersama guru. Menurut Marno & Idris, meninjau kembali dapat dilakukan
dengan:
- Merangkum inti pelajaran
Guru meminta siswa membuat rangkuman baik secara lisan ataupun tertulis.
Rangkuman ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok.
-
Membuat ringkasan. Dengan membuat ringkasan siswa dapat memantapkan
penguasaan inti dari pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajarinya.
b. Mengevaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakukan dan untuk
mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh
peserta didik melalui pembelajaran. hasil evaluasi dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan untuk memberi penilaian terhadap peserta didik dan juga
sebagai balikan untuk memperbaiki program pembelajaran.
Evaluasi
dapat dilakukan dengan:
- Meminta anak didik
mendemonstrasikan keterampilan yang baru saja dipelajari.
- Meminta anak untuk
mengaplikasikan konsep atau ide yang baru pada situasi yang berbeda
- Meminta anak didik
mengekspresikan pendapat sendiri
- Meminta anak didik
mengerjakan soal tertulis baik objektif maupun subjektif.
c.
Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan
yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan. Kegiatan
tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri
peserta didik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
d.
Memberi
dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi
guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau
social yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengarajaran. Hal ini dapat
dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian. Memberikan
dorongan psikologis atau social dapat dilakukan dengan cara antara lain:
- Memuji hasil yang
dicapai oleh peserta didik dengan memberikan pujian maupun hadiah.
- Mendorong untuk lebih semangat
belajar mencapai kopetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan pentingnya
materi yang dipelajari.
- Memberikan harapan-harapan positif terhadap
kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan
- Meyakinkan akan potensi dan
kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi belajar
dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
Kegiatan
membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap awal dan akhir
pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi terlebih dahulu guru
harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada materi yang
akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi dan memberi acuan atau struktur pelajaran dengan menunjukkan
tujuan atau kopetensi dasarsecara indikator hasil belajar, pokok persoalan yang
akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu belajar kepada siswa. Demikian
pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus menutup
pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan evalusi.
Pelaksanaan
membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir
penggal kegiatan inti pelajaran. Artinya, seorang guru dalam mengawali dan mengakhiri satu
penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus melakukan kegiatan membuka
dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran dengan mengaitkan antara
inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya materi definisi dan
kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari dengan inti pokok materi yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal.
Dan setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus ditutup
dengan sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah
pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut
6.
Ketrampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79) “diskusi kelompok adalah suatu
proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi
informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Usman (2005:94) “diskusi kelompok adalah
suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan
kesimpulan/pemecahan masalah.
menurut Darmadi (2010:6)tujuan mengelola kelas
adalah untuk membuat siswa yang ada didalam kelas dapat belajar dengan optimal
dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalokan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
Tujuan
membimbing diskusi kelompok kecil menurut Mulyasa dalam Suwarna
(2006:80)”keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan
sebagai berikut:
1.
Siswa dapat saling member informasi atau pengalaman
dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2.
Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
untuk berpikir dan komunikasi.
3.
Siswa terlibat
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Komponen keterampilan membimbing
diskusi. Usman (2005:94-95) mengemukakan ada beberapa komponen keterampilan
membimbing diskusi yaitu sebagai berikut:
1.
Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
cara-cara yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
·
Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal
diskusi
·
Kemukakan masalah-m asalah khusus
·
Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
·
Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
2.
Memperluas masalah atau urunan pendapat. Selama
diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas, sehingga
terjadi kesalahpahaman antar anggota kelompok. Dalam hal ini tugas guru dalam
memimpin diskusi untuk memperjelaskannya, yakni dengan cara:
·
Menguraikan kembali urunan tersebut hingga jelas
·
Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
·
Menguraikan gagasan siswa dengan member informasi
tambahan.
3.
Menganalisis pandangan siswa. Didalam diskusi sering
terjadi perbedaan pendapat. Dalam hal ini guru hendaklah menganalisis alas an
perbedaan tersebut yaitundengan cara sebagai berikut:
·
Meneliti apakah alas an tersebut memang memounyai
dasar yang kuat.
·
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak
disepakati.
4.
Meningkatkan urunan siswa. Beberapa cara untuk
meningkatkan urunan piker siswa adalah:
·
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menentang siswa
untuk berpikir.
·
Memberikan contoh-contoh verbal dan nonverbal yang
sesuai dan tepat.
·
Memberikan waktu untuk berpikir.
·
Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan
penuh perhatian.
5.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. Penyebaran
kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:
·
Mencoba memancing urunan siswa yang enggan
berpartisipasi
·
Menegah terjadinya pembicaraan serentak dengan member
giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
·
Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli
pembicaraan
·
Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya
hingga interaksi antarsiswa dapat ditingkatkan
6.
Menutup Diskusi. Hal yang dapat dilakukan seorang guru
dalam menutup diskusi adalah sebagai berikut:
·
Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para
siswa
·
Member gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
atau tentang topic diskusi yang akan dating
·
Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil
diskusi yang telah dicapai
7.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membimbing
diskusi
·
Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi
kesempatan
·
Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi
·
Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi
dengan pembicaraan yang tidak relevan
·
Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi
·
Tidak memperjelas atau mendukung urunan piker siswa
·
Gagal mengakhiri diskusi secara efektif
Hasibuan dalam Suwarna (2006:81-82) mengemukakan ada
dua prinsip yang digunakan dalam membimbing diskusi kelompok kecil yaitu
sebagai berikut
1.
Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan
antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topic diskusi dan
kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua anggota
kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai dapat merasa merasa
aman dan bebas mengemukakan pendapat.
2.
Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
Perencanaan dan persiapan tersebut adalah sebagai berikut:
Topic yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat,
dan kemampuan siswa
- Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal
- Adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topic tersebut agar para siswa memiliki latar belakang pebgetahuan yang sama
7. Ketrampilan Mengelola Kelas
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:82)”pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru mencipta kan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.”. Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Usman (2005:97)”pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikanya bila terjadi gangguan dalam proses belajar. Pendapat lain
dikemukakan oleh Darmadi (2010:6) bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat
kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan,mengulang atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,dengan hubungan-hubungan
interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangakan dan
mempermudah organisasi kelas yang efektif. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelasadalah seperangkat kegiatan yang
diciptakan oleh seorang guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang
positif,mengembangkan hubungan interpersonal,iklim sosio emosionalserta
mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif sehingga kondisi
belajar terpelihara dengan baik.
menurut Darmadi (2010:6)tujuan mengelola kelas
adalah untuk membuat siswa yang ada didalam kelas dapat belajar dengan optimal
dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalokan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Suwarna (2006:83) ada 2 komponen keterampilan mengelola kelas
yaitu: keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal(bersifat preventif).Keterampilan ini
berkaitan dengankemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan kegiatan pembelajaran sehingga berjalan secara optimal,
efisien dan efektif.Keterampilan tersebut meliputi:
1.
menunjukan sikap tanggap
2. memberi perhatian
3. memusatkan
perhatian kelompok
4. memberikan petunjuk yang jelas
5. menegur
siswa yang bertingkah laku mengganggu dikelas dengan bijaksana
6. memberi
penguatan
Keterampilan yang berhubungan denganpengembalian
kondisi belajar yang optimal.Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan (Mulyasa dalam Suwarana 2006:84).
Prinsip-prinsip penggunaan
keterampilan mengelola kelas menurut hasibuan dalam Suwarna (2006:84) ada
beberapa prinsip-prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas yaitu:
1.
Modifikasi tingakah laku. Guru hendaknya menganalisis
tingkah laku siswa yang mengalami masalah,dan memodifikasi tungkah laku
tersebut mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis
2.
Guru dapat mengguanakan pendekatan pemecahan masalah
kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas,memelihara kegiatan
kelompok,memelihara semangat siswa dan menangani konflik yang timbul
3.
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah
laku yang keliru yang muncul dan mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatutan tingkah laku tersebut,serta berusaha menemukan pemecahannya
4.
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas.
Menurut Darmadi(2010:6-7) ada beberapa peran guru dalam pengelollaan kelas
yaitu:
1.
Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah
2.
Memelihara
lingkungan fisik kelas
3.
Mengarahkan
atau membimbing proses intelektual dan social siswa dalam kelas
4.
Mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan
efesien
Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala –kendala yang
dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efesien dan efektif Untuk
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan
prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untk mengatasi kendala tersebut yaitu:
1.
Guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap
siswa
2.
Guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang
dapat menimbulkan kesenyapan
atau pembicaraan terhenti tiba-tiba
3.
Hindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri
suatu kegiatan atau guru harus tepat waktu
4.
Guru harus dapat mengelola waktu, baru hal ini
dapat menimbulkan penyimpangan yang berkaitan dengan disiplin
diri siswa.
5.
Berilah penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis
dan tidak bertele-tele.
8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perserorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar
antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab
antara guru dan siswa dengan siswa. Format mengajar ini ditandai oleh adanya
hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa,
adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat,
cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa
dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk
memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat
menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok
kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa,
serta waktu dan fasilitas yang tersedia.
Komponen-komponen dan prinsip-prinsip ketrampilan ini adalah: Ketrampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan
belajar, Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mengapa
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini perlu dikuasai oleh
gurru dan calon guru? Dibawah ini ada beberapa alasan. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara
belajar yang berbeda. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkin
terjadinya hubungan yyang lebih akrab antara siswa dan guru serta siswa dengan
siswa dengan begitu guru dapat memberikan perhatian yang lebih kepada
siswa tersebut. Kadang – kadang siswa lebih mudah belajar dengan cara mengajar
temannya dan belajar bersama temannya Memungkinkan siswa terlibat secara
aktif dalam belajar. Sejalan dengan kegiatan kelompok, kegiatan
individual atau perorangan juga mempunyai berbagai kekuatan. Dengan
belajar sendiri, siswa akan memiliki rasa tanggung jawab
BAB III
PENUTUP
kesimpulan
1.
Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman
seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada
lingkungan,serta guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang
berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah
2.
Menurut Brown yang dikutip Udin S. Saud
dan Cicih Sutarsih (2007:59), menyatakan bahwa bertanya adalah setiap
pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa. Ada tiga
kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan
dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif, afektif , psikomotor.
3.
ketramilan memberikan penguatan menurut
Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan
boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan
ini menjadi dua bagian: penguatan positif dan penguatan negatif.
4.
Keterampilan mengadakan Variasi dapat
diartikan sebagai suatu proses pengubahan dalam pengajaran yang bertujuan untuk
menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan
pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan mengingat perhatian
siswa sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses
pembelajaran.
5.
Seorang guru
dalam mengawali dan mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran
juga harus melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran
6.
Usman (2005:94) “diskusi kelompok adalah suatu proses
yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan
kesimpulan/pemecahan masalah.
7.
keterampilan mengelola kelas yaitu: keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal(bersifat preventif).
8.
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkin
terjadinya hubungan yyang lebih akrab antara siswa dan guru serta siswa dengan
siswa dengan begitu guru dapat memberikan perhatian yang lebih kepada
siswa tersebut.
REVERENSI
Hamzah B. Uno. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran. Cet. Ke-4. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan. 2009. Proses
Belajar Mengajar. Cet Ke-13. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marno & Idris.
2010. Strategi &MetodePengajaran.
Cet ke-7. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Moch Uzer Usman.
2010. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional. Cet.
Ke-9. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zainal Asril. 2012. Micro
Teaching: Disertai dengan Pedoman
Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers
Asril, Zainal. 2010. Micro
Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan . Jakarta :
Rajawali Pers.
Aqib, Zainal. 2003. Profesionalisme
Guru dalam Pembelajaran. Surabaya
: Insan Cendekia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru
dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Marno,dkk. 2008 . Strategi
dan Metode Pengajaran . Malang : Arruzmedia
Sanjaya,Wina. 2010 . Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta :Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar